Arsitektur seringkali diidentikkan hanya sebagai wujud fisik bangunan dan tampak visual bangunan. Padahal pada kenyataannya, arsitektur bukan hanya mengenai wujud fisik bangunan, menggambar maupun mendirikan bangunan. Arsitektur juga merupakan salah satu media komunikasi manusia dimana dibalik wujud fisiknya terkandung makna-makna dan filosofi tertentu yang sengaja di masukkan kedalam desain oleh para arsitek. Oleh karena itu, sebagai media komunikasi, tentunya apa yang dikomunikasikan harus dapat disampaikan dengan baik. Sehingga dewasa ini para arsitek juga dituntut untuk dapat mengkomunikasikan gambar yang telah dibuat dan dirancang kepada khalayak umum
Arsitek pada umumnya menggunakan gambarnya sebagai salah satu media untuk berkomunikasi pada masyarakat ataupun penghuni bangunan, namun tidak semua masyarakat dapat memahami gambar yang dibuat oleh arsitek tersebut. Secara garis besar, komunikasi visual dalam arsitektur menurut fungsi dan tujuannya di bagi menjadi 2 jenis:
1. Gambar Presentasi
1. Gambar Presentasi
Gambar presentasi atau gambar arsitektur memang dibuat untuk
keperluan showcase. Oleh sebab itu, ia sengaja dibuat tampak seindah
mungkin. Bahkan, tak jarang gambar ini mendapat sentuhan efek dramatis agar
lebih tampak impresif. Tujuannya, tentu agar menarik perhatian dan menunjukkan
pesona dari arsitektur itu sendiri.
Contoh Gambar Presentasi (sumber) |
sumber: file penulis |
2. Gambar Teknik
Gambar teknik atau gambar konstruksi memuat informasi-informasi teknis suatu bangunan dengan lebih mendetail, misalnya material yang dipakai, konstruksi sambungan, posisi kolom-balok, plumbing (perpipaan), kelistrikan, dsb. Gambar seperti ini dipakai sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan di lapangan. Karena fungsinya demikian, tidak seperti halnya gambar presentasi yang memang mengedepankan keindahan, gambar teknik sangat menekankan ketepatan dan kelengkapan gambar. Pada dasarnya Gambar Teknik ini memegang bagian penting dalam komunikasi antara arsittek dan kontraktor karena berhubungan langsung dengan proses konstruksi suatu bangunan sehingga perlu di jelaskan secara mendetail. Namun penulis hanya akan membahas mengenai denah, tampak dan potongan.
- Denah
Standarisasi Gambar Denah: · Ketinggian permukaan ruang · Nama ruangan. · Notasi outline proyeksi atap atau lantai di atasnya yang bidangnya lebih besar (misalnya ada balkon, dan sebagainya) berupa garis putus‐putus. · Notasi gambar Potongan · Notasi arah bukaan pintu. · Notasi tangga dan ramp jika ada · Notasi proyeksi batas ruang kosong atau void · Dimensi horizontal dan dimensi vertikal · Arah Utara · Judul Gambar · Skala angka ATAU skala batangBerikut merupakan contoh denah yang diambil dari tugas CAD 3 berupa bangunan 2 lantai yang di buat menggunakan ArchiCAD.
Gambar denah: Sumber Penulis |
Catatan penulis:
Berdasarkan Standarisasi diatas, hasil tugas ini masih dirasa sangat kurang, terutama pada bagian krusial yaitu tidak adanya dimensi horizontal-vertikal, nama ruang, arah utara, skala, juga judul gambar.
Sementara untuk notasi bukaan pintu, tangga, dinding dan lainnya sudah baik. Kelengkapan notasi furnitur cukup membantu sebagai pengganti nama ruang.
Berikut adalah contoh yang mendekati benar:
contoh benar untuk denah (sumber) |
- Potongan
Standarisasi Gambar Denah: · Ketinggian permukaan ruang · Nama ruangan.· Notasi Detail (jika ada) · Notasi tangga dan ramp jika ada · Dimensi horizontal dan dimensi vertikal · Judul Gambar · Skala angka ATAU skala batangMasih dari tugas yang sama dengan denah diatas;
Gambar contoh potongan (arsip pribadi) |
Catatan penulis: Lagi-lagi penulis tidak memberikan notasi dimensi, ketinggian permukaan ruang, nama ruang, juga notasi detail. Berikut adalah contoh yang benar:
contoh potongan yang benar sesuai standarisasi (sumber) |
- Tampak
Standarisasi Gambar Denah: · Judul Gambar · Skala angka ATAU skala batangmasih berkaitan dengan gambar diatas:
contoh tampak (arsip pribadi) |
Kesimpulan:(sumber)(sumber)
Maka dapat disimpulkan bahwa seorang arsitek harus bisa mengkomunikasikan gambar secara efektif dimana komunikasi tersebut merupakan komunikasi dua arah, sehingga baik perancang maupun owner dapat mengerti maksud dari gambar yang dimaksud, tidak menerka-nerka gambar yang telah dibuat perancang tersebut yang akhirnya mengakibatkan terhambatnya proses pembangunan. Penulis pun diharapkan untuk mulai lebih memperhatikan standarisasi gambar tersebut dan bisa menjadi lebih baik kedepannya. karena kelengkapan gambar adalah salah satu cara untuk dapat menginterpretasikan gambar secara efektif.